Rabu, 25 Maret 2020


Semarang, 25 Maret 2020, ditengah Pandemic Covid-19. Ada yang beda tentang malam ini. Ada yang membangunkan saya dari kasur—padahal saya adalah spesies paling malas di rumah—dan membuat saya susah payah menghentikan membaca buku “Mendaki Tangga Yang Salah”nya Eric Barker. Lucu. Saya tanpa sengaja play lagu Baby It’s You by EndahNRhesa di Youtube. Tak terasa sudah 9 tahun saya menjadi penikmat lagu-lagu mereka, di naik-turunnya hidup saya. Terutama saat masa-masa pencobaan dan masa saya baru gencar-gencarnya ekspolorasi lagu lokal.

Bermula dari tahun 2011, saya divonis dokter mempunyai tumor pada tiroid saya. Dunia saya runtuh, bahkan Mama yang menemani juga kaget bukan kepalang. Terus memikirkan masa depan saya, terutama nasib ujian-ujian saya karena saya sedang duduk di bangku kelas 9 SMP. Waktu terus berlalu, hingga pada saat pasca operasi, saya gabut. Mengingat kondisi saat operasi, saya dalam keadaan badan sehat dan tidak ada penyakit kronis lainnya. Serasa liburan dengan infus. Hingga tiba saatnya saya memainkan lagu mereka, EndahNRhesa. When You Love Someone. Kebetulan, saya juga sedang dekat dengan teman sekelas saya. Jadi lagu ini sungguh pas dengan keadaan. Memang suatu kenangan akan lebih terasa bila melibatkan perasaan di dalamnya. Hubungan kami lucu—namanya juga cinta monyet, kami tidak saling menyatakan secara gamblang mengenai perasaan kami, jadi saya selalu mengharap-harap  ketika saya menjadi miliknya, begitu pula sebaliknya. Waiting. Lagu mereka berikutnya. Sungguh ringan dan mudah diingat bagi saya. Tapi penuh harap bahwa “tunggu kamu jadi milikku, dan sebaliknya”. Oiya, jangan lupa Liburan Indie-nya, sebab menggunggu di rumah sakit itu seperti liburan rasanya, tanpa beban. Umur 12 tahun, saya ingin sekali untuk melihat langsung konser mereka.

Kata orang, masa SMA adalah masa paling indah. Tidak bagi saya. Hidup saya hanya sekedar paskibra dan bucin setiap hari, tetapi bermimpi besar untuk menempuh pendidikan di suatu akademi tersohor di Indonesia. Waktu terus berganti, saya terus eksplorasi mengenai musik lokal maupun luar, lebih luas lagi, dengan tiga lagu EndahNRhesa andalan semenjak SMP. Lulus SMA, saya masuk salah satu PTS di Jogja dengan jurusan yang saya dambakan. Pada saat itu, saya masih menjalin hubungan dengan perempuan yang sama sejak SMA. Dan dengan optimisme anak berumur 18 tahun, “saya akan mengundang EndahNRhesa dipernikahan kita nanti” terucap. Entah dia mengerti atau tidak dengan mereka. Namanya juga cinta, masa yang terindah disaat saya terbang tinggi, entah kamu juga atau tidak.

Jujur, perasaan saya hancur di Jogja. Dengan optimisme “calon taruna” yang tergelincir di PTS? Lucu memang, tapi itulah saya. Saya berniat mengulang semua kembali dengan melanjutkan kuliah—barangkali belum beruntung di tahun itu. Jogja adalah tempat ajaib. Semula berawal dari berakhirnya hubungan kami, perbedaan agama. Tetapi dengan rasa-rasa yang menurut saya sudah ganjil. Entah bahasa kami yang sudah berbeda, sampai pikiran buruk saya mengenai kedekatannya dengan yang lain. Entah. Saya tidak peduli. Saya mencoba memaafkan diri saya yang terutama. Saya kembali eksplorasi lagu-lagu lokal untuk menunjang perasaan saya yang sedang kacau ditambah beban mental untuk mengulang pendaftaran-pendaftaran lagi.

Singkat cerita, saya melakukan self healing. Dan pada akhirnya, saya mendapat info kalau ada konser EndahNRhesa di kampus mantan saya, dengan jurusannya yang mengundang. Saya memberanikan diri. Dengan percaya diri tapi deg-degan, datang sendiri dengan bermodal 10rb serta tiket on the spot. Saya menyelinap, kanan kiri, senggol dikit, bair dapat tempat terdepan. Mimpi memang tidak selalu terwujud, dari SMP baru terwujud kuliah semester 1. Luar Biasa. Di konser tersebut, always sing along. Saya selalu terkesima dengan kunci-kunci susah yang mereka mainkan. Kompaknya Mbak Endah dan Mas Rhesa bermain alat musik mereka masing-masing. Hingga lagu Baby It’s You yang dimainkan berdua dengan satu gitar. Biasanya hanya melihat di Youtube, sekarang bisa langsung. Saya juga mendapat pick gitar berwarna kuning, khas EndahNRhesa. Senang bukan main. Tetapi, Tuhan selalu punya cara untuk kita membumi. Di perjalanan keluar venue, saya bertemu mantan saya, dan ternyata ia datang bersama yang baru. Runtuh seketika. Ambyar.

Hari-hari saya menjadi berbeda setelah kejadian itu. Lebih abu kalau kata orang. Masih dengan hype EndahNRhesa, saya membuat playlist sedih saya dengan lagu-lagu sedih punya EndahNRhesa sebagai leading-nya, terutama lagunya dari Album Seluas Harapan ditambah lagunya Mas Pongki yang dimainkan EndahNRhesa, Untuk Dikenang, sebagai punchline playlist saya. Begini saya mengekspresikan perasaan, dengan mendengar lagu ditambah sedikit menulis. Jogja menjadi sedikit biru di memori saya, menjadi tempat patah hati terbaik, dan tempat terbaik bagi mereka yang berkeinginan mewujudkan mimpinya.

2018 di Jakarta dengan dilema. Saya mengetahui hubungan mereka lebih jelas, di tengah kondisi saya yang masih sibuk mencari kepastian pendidikan. Lagi-lagi, playlist itu saya putar kembali, di atas pesawat, di tengah gemerlap lampu kota, di hotel waktu seleksi, atau bahkan saat kembali melanjutkan kuliah di Jogja. Dan tiba saatnya, saya harus bangkit, saya mulai menyusun kembali harapan-harapan saya di kertas dan terselip rapi di buku. Karena mimpi takkan berlari. Mimpi-mimpi tersebut menjadi motivasi yang saya kejar hingga sekarang. Saya dan umur 19 tahun kala itu.

Sepanjang tahun 2018 hingga sekarang, saya menghabiskan waktu saya menempuh pendidikan di Depok dan Tangerang. Satu-persatu mimpi yang saya tulis terwujud, tentunya dengan restu orang tua terlebih Tuhan. Mulai dari pendidikan dahulu. Dan benar kata EndahNRhesa, mimpi takkan berlari. Dan bila belum terjadi, saya tidak menyesal. Karena Tuhan pasti memberi pencapaian atau mungkin pembelajaran.

Kini, lagu-lagunya saya masih suka putar. Sekedar untuk mengingat perasaan-perasaan yang lalu, dan bernostalgia sedikit. Saya juga senang ternyata EARHouse di Pamulang dekat dengan kediaman saya, meski saya belum pernah mampir. Terimakasih Mbak Endah dan Mas Rhesa telah menciptakan lagu-lagu yang ringan dan mudah dihapal. Terimakasih sudah menciptakan karya yang dapat menemani orang pada saat terpuruk maupun saat santai. Mungkin bukan saya saja. Mungkin ada orang yang memiliki rasa yang lebih. Dan sekali lagi mungkin menurut orang, saya berlebihan dalam menulis perjalanan saya ini. Tetapi saya hanya ingin jujur dengan diri saya. Dan ini semua yang saya alami dan rasakan. Antara saya dan EndahNRhesa. Meski mereka gatau. Sekali lagi terimakasih, Mbak, Mas, sehat dan bahagia selalu.